MATARAM – Konon, Stephen King, salah seorang penulis novel bergenre horror terlaris sepanjang masa, memulai kariernya dengan tertatih-tatih. Jalan yang ia tempuh untuk menerbitkan novel pertamanya tahun 1974, Carrie – kisah seorang gadis kecil dengan kekuatan telekinetik – bahkan sungguh terjal.
Si Carrie yang ‘malang’ mengalami penolakan sekitar 30 kali oleh penerbit kala itu. Stephen King yang hampir putus asa pun membuang carik demi carik kertas copy manuskripnya di keranjang sampah di rumahnya. Beruntungnya, sang istri memungut kembali carik-carik kertas manuskrip Carrie, and the rest is history.
Mirip dengan kisah jatuh bangun Stephen King di atas, salah seorang mahasiswa Universitas Islam Al-Azhar, Amrillah, meraih skor TOEFL Prediksi 383, dipercobaannya yang ke 4.
Pak Amrillah, sapaan akrabnya, ketika di wawancarai tim ULC, bercerita bahwa ia pada tahun 1993 pernah mengikuti kursus bahasa Inggris pada level basic. Meski begitu, di usianya yang menginjak 48 tahun, ia tetap merasa bahwa kebutuhan penguasaan bahasa menjadi sebuah keharusan dewasa ini. “Bahasa Inggris menjadi prioritas bahasa asing kedua saya setelah Bahasa Arab”, begitu ungkapnya. Menyadari usia dan kesibukan profesi menjadi tantangan tersendirinya, Pak Amrillah menjadikan keluarga sebagai motivasi eksternal dan penguatnya. Ia pun menambahkan, “Dulu, bapak saya seorang petugas jaga malam di dinas PU sementara ibu saya hanya IRT. Ketidakmampuan ekonomi mereka membuat beberapa mimpi terpaksa saya kubur, namun tidak dengan mimpi akan pendidikan tinggi”.
Seperti King dan Pak Amrillah, kita tak pernah tau bahwa secuil sukses dapat terselip di antara lembar demi lembar kegagalan. So, don’t ever give up!