Memiliki karir yang terbilang stabil tidak membuat Yudi Harmeka, 39 tahun, mundur dari kesempatan menamatkan pendidikan sarjananya. Terhitung sejak umur 20an, Ia memiliki pengalaman bekerja menjadi seorang penyiar Radio di Pro 2 FM RRI Mataram, lalu beralih menjadi manajer di beberapa perusahaan swasta nasional hingga duduk menjadi pegawai di Rumah Sakit Harapan Keluarga sambil tetap menjadi konsultan beberapa perusahaan outsourcing lokal maupun nasional adalah kesibukan yang mengisi hari-harinya.

Yudi Harmeka saat menghadiri acara Yudisium                                                     

MENGUBAH PERSEPSI

Kuliah, lulus dan ijasah. Begitu kesan pertama yang sempat saya miliki tentang bangku kuliah.  Bahwa kuliah hanya akan menjadi sebuah formalitas belaka – sebuah perjalanan akademik yang intinya adalah mengejar selembar ijazah. Hingga suatu ketika, hal itu saya sadari sebagai sebuah pemikiran yang salah. Berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Al-Azhar awalnya hanyalah pertimbangan praktis, dekat dari kantor dan sesuai dengan jobdesk pekerjaan saya. Dan awalnya niat saya kuliah hanya untuk sekedar formalitas saja, yang penting lulus. Tapi dalam perjalanan, saya menikmati proses kuliah karena ibarat refresing ditengah rutinitas pekerjaan saya yang padat.

Jadi saya memutuskan untuk kuliah full dan serius seperti anak kuliah pagi (regular pagi). Saya sadar bahwa kuliah bukan hanya mengejar selembar ijazah, tapi banyak pengalaman hidup yang saya dapat yang mungkin tidak pernah saya dapatkan di kantor. Terbiasa dalam atmosfer pekerjaan yang serba padat dan terpacu, menghidup pengalaman pada atmosfer baru dalam dunia perkuliahan membuat saya belajar banyak hal melalui bersosialisasi dengan mahasiswa lain dari berbagai macam latar belakang.

PERJUANGAN MERAIH SKOR TOEFL MEMUASKAN

Saya cukup tercengang ketika pertama kali tahu bahwa skor TOEFL minimum 375 menjadi syarat wajib yang harus mahasiswa Fakultas Ekonomi penuhi sebelum mendaftar yudisium. Di tulisan ini, saya berkesempatan untuk berbagi sedikit tips untuk rekan-rekan mahasiswa dalam mencapai skor TOEFL 500 atau bahkan lebih. Tak bermaksud menggurui, namun saya berharap beberapa strategi saya akan berguna bagi calon wisudawan UNIZAR lainnya.

Yudi Harmeka saat menghadiri acara Sail Moyo 2018 di Sumbawa         

Bagi saya, setiap orang punya tips masing-masing dalam belajar, karena setiap orang memiliki cara belajar yang berbeda dan unik, entah lokasi, jam belajar, teknik belajar ataupun mencari ambiens yang tepat saat belajar. Saya pribadi mengalokasikan waktu saya untuk belajar menghadapi tes TOEFL ini dengan latihan beberapa tes di Google dan membeli buku TOEFL beserta contohnya di toko buku. Tapi sebenarnya musuh terbesar semua orang sama, meremehkan waktu dengan kata “nanti saja” Padahal entitas paling berharga di muka bumi ini adalah waktu, Jadi, sekaya apapun kita, tidak akan bisa membeli waktu.  Kita bisa beli jam, tapi tidak bisa membeli waktu, kita bisa menyewa dokter terbaik di dunia, tapi tidak bisa membeli paket bebas sakit, kita bisa membayar kuliah di tempat yang paling prestisus dimuka bumi, tapi tidak bisa membeli semangat untuk menjadi yang terbaik.

 

Yudi Harmeka adalah Kepala Bagian Umum Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram. Yudi tumbuh besar di Manado, berkuliah di UNIZAR Mataram, mengawali karir sejak 2001 di Mataram. Selain bekerja di RSHK Yudi juga menjadi konsultan untuk beberapa perusahaan outsourcing di Lombok

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *